“Harapan saya sebagai Ketua Umum Srikandi Balira Lembaga Adat Kerajaan Gowa, mari kita memperkuat silaturahmi dan saling maaf memaafkan di antara kita rumpun keluarga besar Srikandi Balira Lembaga Adat Kerajaan Gowa,” ujarnya.

Ia juga mengimbau sekitar 200 anggota yang tersebar di 24 kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan untuk mencintai dan melestarikan budaya daerah masing-masing.

“Tentu sebagai masyarakat Sulawesi Selatan yang cinta terhadap budayanya mari kita tetap melestarikan, memajukan, dan mempertahankan budaya kita masing-masing. Seperti orang Bugis Makassar, Toraja, Mandar, dan termasuk suku lainnya yang ada di Sulawesi Selatan,” bebernya.

Sebagai Dewan Penasehat Badan Khusus Perwakilan Kerukunan Masyarakat Bulukumba (BKP KM Bulukumba) Makassar Sulsel, ia juga menekankan pentingnya menjunjung nilai-nilai budaya luhur.

“Berpesan agar tetap saling menghargai dan menempatkan, memposisiskan sifat-sifat Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipappaccei. Terutama kepada pemerintah di mana wilayah atau di daerah kita berdomisili,” pungkasnya.

Srikandi Balira sendiri lahir dari inspirasi sejarah I Fatimah Daeng Takontu, putri Raja Gowa XVI Sultan Hasanuddin, yang memimpin Pasukan Bainea bersenjata Balira—alat tenun dari pelepah pohon lontar—dalam perjuangan melawan penjajah. Semangat kepahlawanan itulah yang menjadi dasar terbentuknya komunitas perempuan Srikandi Balira untuk menjaga adat dan persaudaraan kerajaan Gowa hingga kini. (*)

YouTube player