RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Ribuan mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Makassar menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di Fly Over Jalan AP Pettarani, Senin (1/9/2025) sore. Aksi ini memprotes berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, mulai dari rencana kenaikan tunjangan DPR RI, penolakan RUU Perampasan Aset, penolakan revisi UU Penyiaran, hingga kritik terhadap proyek strategis nasional yang dinilai hanya menguntungkan elit.

Pantauan Rakyat.News pukul 16.00 WITA, fly-over dipenuhi ribuan mahasiswa dari berbagai kampus. Mereka hadir dengan almamater khas: Universitas Negeri Makassar (UNM) dengan jaket oranye, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) dengan jaket hijau, mahasiswa Universitas Indonesia Timur (UIT), serta kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mengibarkan panji organisasinya.

Suasana makin memanas ketika massa membakar ban bekas dan membentangkan spanduk besar bertuliskan “Reformasi Birokrasi Total” serta “Tolak Kenaikan Pajak.” Kehadiran Pangdam XIV Hasanuddin di tengah aksi, Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Windiyatno tiba-tiba muncul di lokasi dengan pengawalan ketat. Kehadirannya sempat menyita perhatian, namun tidak ada dialog langsung antara dirinya dengan mahasiswa. Setelah sekitar 10 menit menyaksikan jalannya demonstrasi, Windiyatno segera meninggalkan lokasi.

Kritik Pedas dari Mahasiswa

Orasi keras disampaikan Tamrin, Menteri Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM. Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan itu menilai keberadaan aparat bersenjata di tengah aksi damai adalah bentuk pelemahan demokrasi.

“Di tengah penderitaan rakyat, penguasa memperkuat militerisme, mempersempit ruang demokrasi, dan menebar fitnah untuk mencegah perlawanan rakyat,” kata Tamrin.

Menurutnya, tindakan aparat justru menunjukkan wajah negara yang kian otoriter.

“Kita tidak bisa berdiam diri lagi, kedaulatan rakyat bukan hadiah yang datang dari langit, melainkan hak yang harus direbut bersama,” tegasnya.
Tamrin menambahkan, demokrasi hari ini hanyalah “sobekan” yang kehilangan makna sejatinya.

“Kekerasan negara yang dipertontonkan hari ini adalah bukti nyata bahwa mereka lebih takut suara kebenaran daripada suara kesengsaraan rakyat,” ujarnya.

Lebih jauh, ia menilai aparat tidak lagi menjadi pelindung masyarakat.

“Mereka merusak, memprovokasi, dan menebar ketakutan. Sementara rakyat terus dituduh merusuh di tanah air,” lanjutnya.

Seruan Perlawanan

Dalam orasi penutupnya, Tamrin menyerukan agar rakyat tidak berhenti melawan.

“Selama negara membungkam suara rakyat dengan intimidasi, fitnah, dan peluru. Perlawanan adalah hak sekaligus kewajiban rakyat,” pungkasnya.

Aksi mahasiswa berakhir sekitar pukul 17.30 WITA. Sebelum membubarkan diri dengan tertib, seruan ‘Hidup mahasiswa, hidup rakyat!’ menggema keras, menandai pesan solidaritas yang mereka bawa dari fly over Pettarani sore itu.

Dwiki Luckianto Septiawan

YouTube player