Menurutnya, banyak generasi muda yang mulai kehilangan adab serta melupakan budaya lokal, sehingga program ini menjadi sarana penting untuk membangkitkan kesadaran tersebut.

Kampung Budaya dan Sikola Bahasa Wanua Ade’ dibangun dengan semangat melestarikan budaya Bugis bagi generasi penerus. Di dalam kompleksnya terdapat rumah tradisional, panggung pertunjukan, sanggar seni, serta sekolah bahasa yang tidak hanya mengajarkan bahasa asing (Inggris), tetapi juga menghidupkan kembali Bahasa Bugis.

Empat rumah adat Sulawesi yang hadir di kawasan ini merepresentasikan empat adat utama di Sulawesi Selatan, dirancang untuk membangkitkan memori kolektif akan kehidupan tradisional yang selaras dengan alam dan nilai adat.

Keistimewaan kampung ini juga terlihat dari komitmen terhadap penggunaan bahasa asing dan bahasa lokal. Di sejumlah titik, papan informasi ditulis dalam tiga bahasa: Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Bugis.

Peserta didik diajak menggunakan kembali bahasa ibu mereka dalam aktivitas sehari-hari, serta diwajibkan mengenakan pakaian tradisional seperti sarung selama berada di kompleks Kampung Budaya Wanua Ade’.

Suasana peresmian semakin meriah dengan pementasan tari, teater, dan pemutaran film dokumenter ASE oleh Komunitas Literasi Sekolah Rakyat. Kegiatan tersebut melibatkan lintas generasi dan mengundang rasa nostalgia, sekaligus semangat baru untuk memperkuat warisan budaya daerah.

Dengan hadirnya Kampung Budaya dan Sikola Bahasa Wanua Ade’, masyarakat kini memiliki rumah bersama untuk menjaga, merawat, dan membagikan kekayaan identitas budaya mereka kepada dunia.

Kampung ini bukan hanya sekadar destinasi wisata budaya, tetapi napas hidup dari leluhur yang terus berlanjut dan diwariskan kepada generasi mendatang. (*)

YouTube player