Tentunya hal ini membuat, pengembangan rencana ini melibatkan seluruh pemangku kepentingan, yang direpresentasikan dalam Kelompok Kerja Pertumbuhan Ekonomi Hijau Sulawesi Selatan.

Penyusunan rencana induk dan peta jalan ekonomi hijau dilakukan secara inklusif dan berbasis data yang dikumpulkan dari 24 kabupaten/kota. Berbagai analisis telah dilakukan untuk mengkaji karakteristik dan tantangan tiap wilayah, serta merumuskan strategi dan intervensi yang sesuai.

Jufri Rahman menyatakan konsep ekonomi hijau ini menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesetaraan sosial, serta mengurangi risiko lingkungan. Dalam konteks ini, pengarusutamaan gender menjadi elemen krusial.

“Perempuan sering kali berada di garis depan dalam pengelolaan sumber daya alam dan ketahanan pangan keluarga. Oleh karena itu, peran serta perempuan harus terintegrasi dalam setiap tahap perencanaan dan implementasi kebijakan pembangunan ekonomi hijau,” kata Jufri Rahman.

Dia juga mengatakan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan.

Maka dari itu, melalui konsultasi publik ini, dengan lebih banyak memiliki kesempatan untuk berdiskusi, berbagi ide, dan merumuskan langkah-langkah konkret dalam perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau di Sulsel.

“Saya mengajak semua pihak untuk berkontribusi aktif, memberikan masukan yang konstruktif, serta bekerja sama dalam mewujudkan visi ini,” harapnya.

Sementara itu, Dubes Kanada Jess Dutton mengatakan adanya kegiatan ini tentunya membuat dirinya bangga bisa bermitra dengan Pemprov Sulsel.

“Pastinya kami bangga dengan kemitraan kami saat ini dengan Pemprov Sulsel dan ICRAF melalui hal ini,” kata Jess Dutton.

Kemudian, Jess Dutton juga menyebut proyek ini diupayakan membuat intregasi lingkungan di Indonesia, terkhusus di Sulsel bisa lebih komperensif agar dapat membantu petani.

YouTube player