RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Sejak tahun 2019, warga Desa Baba Binanga, Kabupaten Pinrang, berjuang melakukan segala upaya penolakan terhadap tambang pasir di muara Sungai Saddang yang bakal dikelola oleh PT Pinra Tabalangi (TPB).

“Kami tidak pintar baca peta, tidak sekolah tinggi, tapi kami tahu hidup kami akan hancur jika tambang terus beroperasi,” ujar salah seorang warga Desa Baba Binanga, Angka.

“Tambang ini harus ditolak, demi masa depan kami dan anak-anak kami,” ungkapnya.

Menurutnya, kehadiran tambang itu hanya memperburuk situasi, karena sebelumnya sering terjadi banjir dan longsor.

“Waktu belum ada tambang, banjir sudah tinggi, tapi sekarang dampaknya lebih parah. Longsor makin sering terjadi di kebun dan tambak kami di dekat sungai,” ujarnya.

Tanggul yang dibangun oleh warga sepanjang sungai pun, tidak cukup untuk melindungi area sekitar dari kerusakan. “Lokasi di pinggir sungai sudah longsor. Belum masuk tambang saja sudah runtuh, apalagi kalau tambang terus beroperasi,” lanjut Angka.

Angka menjelaskan, masyarakat desa tidak pernah tertarik dengan janji-janji pihak perusahaan. Mereka sadar bahwa warga hanya bakal menanggung dampaknya dan tidak merasakan keuntungan dari tambang tersebut. “Saya makan dari hasil keringat saya sendiri, dari kebun dan tambak. Tidak ada manfaat tambang bagi kami, hanya dampak buruk yang kami rasakan,” katanya.

Warga Desa Baba Binanga berharap pemerintah provinsi Sulawesi Selatan lebih berpihak pada masyarakat kecil dibandingkan perusahaan tambang. Mereka menuntut perlindungan terhadap lingkungan dan penghidupan mereka yang semakin terancam.

“Selama ini, hanya penambang yang sukses, bukan masyarakat kami,” tutup Bu Angka.

 

 

Dwiki Luckianto Septiawan berkontribusi dalam tulisan ini.

YouTube player