Pemprov Sulsel Percepat Program Transportasi Seaplane untuk Dukung Konektivitas Wilayah Kepulauan
RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) terus mendorong percepatan program transportasi terpadu melalui pengembangan moda transportasi pesawat terbang air atau seaplane.
Program ini menjadi salah satu prioritas Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi dalam menunjang inisiatif “Sulsel Terkoneksi”, khususnya di wilayah kepulauan yang memiliki keterbatasan akses darat.
Langkah ini dinilai selaras dengan kondisi geografis Sulawesi Selatan yang memiliki banyak pulau serta garis pantai yang luas. Seaplane atau pesawat amfibi merupakan moda transportasi yang mampu lepas landas dan mendarat di atas permukaan air. Teknologi ini telah digunakan secara luas sejak awal abad ke-20 untuk kebutuhan militer, penyelamatan, dan wisata.
Sebagai tindak lanjut percepatan program tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda) Sulsel, Jufri Rahman menerima audiensi Direktur Akademi Penerbang Indonesia (API) Banyuwangi, Capt. Daniel Dewantoro Rumani, di Ruang Rapat Sekda, Selasa (6/5/2025). Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Andi Erwin Terwo.
“Program seaplane ini menjadi salah satu fokus prioritas Bapak Gubernur untuk menghadirkan kemudahan layanan transportasi, khususnya di kepulauan,” kata Jufri Rahman dalam pertemuan tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Andi Erwin Terwo, menjelaskan bahwa kedatangan Capt. Daniel merupakan kelanjutan dari pertemuan Pemprov Sulsel dengan Menteri Perhubungan beberapa waktu lalu.
“Hasil pertemuan tersebut ditindaklanjuti dengan kunjungan ke Sulawesi Selatan untuk melihat lokasi yang paling tepat bagi pendaratan seaplane,” ujar Erwin.
Ia menuturkan, salah satu lokasi yang telah ditinjau dan dinilai layak untuk digunakan sebagai titik pendaratan seaplane adalah Center Point of Indonesia (CPI) Makassar. Selain CPI, sejumlah lokasi lain yang juga dipertimbangkan antara lain Parepare, Palopo, Bone, Selayar, Takabonerate, dan beberapa daerah lainnya di Sulsel.
“Alhamdulillah, hasil kunjungan kemarin menunjukkan secara teknis bahwa CPI sangat layak. Beberapa daerah lain juga masuk daftar lokasi pendaratan,” ungkapnya.
Dengan kehadiran seaplane, pemerintah berharap transportasi antarpulau di Sulawesi Selatan bisa semakin mudah dijangkau oleh masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah terpencil. Selain itu, moda ini diharapkan mendukung pengembangan sektor pariwisata, sekaligus mempercepat pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan di daerah terluar.
Sementara itu, Direktur API Banyuwangi Capt. Daniel Dewantoro Rumani menegaskan bahwa pihaknya akan berperan sebagai konsultan dalam survei kesiapan pengoperasian seaplane.
“Kami telah melakukan koordinasi dan survei, karena ada beberapa stakeholder yang harus diajak berkoordinasi. Kami sudah mendapatkan kepastian bahwa lokasi tersebut cocok, dan kami akan segera memulai tahap pertama di CPI,” jelas Daniel.
Menurutnya, inisiatif Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan merupakan langkah strategis yang tidak hanya bermanfaat untuk masyarakat lokal, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi daerah secara lebih luas.
“Ini tidak hanya membantu meningkatkan ekonomi daerah, tetapi juga mendukung ekonomi nasional. Di sini menjadi benchmark. Kami berharap, inisiatif dari Pak Gubernur ini bisa menjadi yang pertama dan proyek percontohan yang nantinya akan diikuti oleh daerah lain,” tegasnya.
Daniel juga mengapresiasi terobosan Pemprov Sulsel dalam menghadirkan inovasi transportasi yang sesuai dengan karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
“Indonesia adalah negara kepulauan. Jika kita punya visi besar, mengapa tidak membangun seribu waterbase di Indonesia? Contohnya seperti Maldives, yang konektivitasnya bergantung pada sistem waterbase,” tambahnya.
Sebagai informasi, sistem waterbase merupakan infrastruktur berbasis air yang menggabungkan fungsi pelabuhan laut dan bandara. Infrastruktur ini dirancang untuk mendukung operasional seaplane, yang bisa lepas landas dan mendarat di perairan, sehingga tidak memerlukan landasan pacu konvensional. Sistem ini dinilai lebih efisien dari segi lahan dan biaya, serta cocok diterapkan di wilayah yang memiliki banyak perairan seperti Indonesia.
Dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia untuk mendukung program ini, API Banyuwangi juga akan terlibat dalam pengembangan dan pelatihan personel yang berkaitan dengan operasional seaplane di Sulawesi Selatan. (*)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan