“Saya berharap semua warga, baik yang terlibat langsung maupun yang menyaksikan prosesi, tetap menjaga keamanan dan ketertiban bersama,” tambah Karemuddin dengan penuh harap.

Kepala Desa Cendana Putih, Putu Darmawan, S.Pd., juga menyampaikan terima kasih atas kehadiran Karemuddin yang menunjukkan sikap toleransi tinggi terhadap perbedaan keyakinan.

“Kami sangat menghargai dukungan dari Pak Karemuddin. Meskipun berbeda agama, beliau selalu hadir dalam kegiatan kami. Ini sangat berarti bagi kami sebagai wujud nyata persatuan,” ungkap Putu Darmawan.

Merangkai Persaudaraan dalam Harmoni

Prosesi Ogoh-ogoh malam itu bukan hanya sebuah perhelatan budaya, tetapi juga cerminan kuatnya persaudaraan lintas keyakinan.

Umat Hindu se-Kecamatan Mappedeceng, beserta warga yang hadir, bersama-sama menanamkan pesan perdamaian dan kerukunan dalam setiap langkah arakan Ogoh-ogoh.

Nyala api yang melahap patung raksasa seolah membakar segala iri dan dengki, meninggalkan ketenangan untuk menyambut hari penyepian.

Begitulah, di bawah langit malam yang teduh, Desa Cendana Putih merajut harmoni dalam keberagaman.

Nyepi bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga momentum penyucian hati dan pikiran. Di sinilah, persaudaraan lintas agama menemukan wajahnya—tulus dan penuh kedamaian.

YouTube player